PusakaDunia - Kisah Singkat Syekh Magelung Sakti Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama yang berpenampilan sangat khas yaitu kerap menggelung rambut panjangnya. Kontak Kami 081222886456 Diposting pada 7 Desember 2016 oleh Pusaka Dunia / Dilihat: 11 kali.
MustikaBertuah Syech Magelung Rp 300.000 Pesan via Whatsapp Pemesanan yang lebih cepat! Quick Order Deskripsi Info Tambahan Produk Terkait Mustika Gaib Eyang Rogojati Rp 300.000 Tersedia / P1201 Mustika Penghilang Sawan Rp 300.000 Tersedia / A4969 Mustika Onggo-inggi Keramat Rp 325.000 Tersedia / P4991 Mustika Sarira Hangrasa Wani Rp 300.000
KotaCirebon kaya akan objek-objek wisatanya, sebut saja dari , Situs Pasanggrahan Balong Biru Balong Keramat Tuk, Makam keramat Megu, Situs Lawang Gede, Makam Nyi Mas Gandasari, Makam Syekh Magelung Sakti, Makam Talun, Makam Buyut Trusmi, Makam P. Jakatawa dan Syeh Bentong dan tak ketinggalan Museum Gedung Pusaka Keraton Kanoman dan Museum
MustikaSyech Magelung Sakti Rp 11.999.900 Tambah ke keranjang; Mustika Tirto Mulyo Gunung Lawu Rp 19.313.000 Tambah ke keranjang; Mustika Tongkat Sakti Rp 4.550.000 Tambah ke keranjang;
MASPRABU, seorang spiritualis Cirebon adalah masih trah atau keturunan Ki Buyut Selawe (Ki Krayunan), Ki Gede Karangkendal ayah angkat Syekh Magelung Sakti wali kamil asal negeri Syam jazirah Arab yang memiliki rambut panjang sakti, tidak dapat dipotong (kebal) oleh senjata atau pusaka apapun.Setelah mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui Nabi Khidir AS, atas izin dan irodah-Nya akhirnya
Vay Tiền Nhanh Ggads. Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama murid Sunan Gunung Jati yang berpenampilan sangat khas yaitu dengan menggelung rambut panjangnya. Konon rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, karena tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Sehingga dia lebih sering mengikat rambutnya gelung, kemudian dikenal sebagai Syekh Magelung Syekh dengan rambut yang tergelung.Berdasarkan Babad Cirebon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam Syria, dengan panggilan Syarif Syam. Saat kanak-kanak Syarif Syam tergolong bocah yang jenius, tak salah jika pada usia 7 tahun, di kalangan guru dan para pendidiknya dia telah menyandang panggilan sebagai sufi cilik. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa di kala itu dia menjadi anak yang diperebutkan di kalangan guru besar di seluruh negara bagian Timur Tengah. Bahkan di usia 11 tahun, dia telah mampu menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda di berbagai tempat ternama, misalnya Madinah, Makkah, istana raja Mesir, Masjidil Agso, Palestina, dan berbagai tempat ternama begitu, dia juga banyak dihujat oleh ulama, karena kian hari rambutnya kian memanjang tak terurus. Sehingga dalam pandangan mereka, Syarif Syam, terkesan bukan sebagai seorang pelajar sekaligus pengajar religius yang selalu mengedepankan tatakrama. Pelecehan dan hinaan yang kerap diterimanya, membuat Syarif Syam mengasingkan diri selama beberapa tahun di salah satu goa di daerah Haram, itu dikarenakan rambut Syarif Syam semakin panjang. Namun dia bukannya tak mau mencukur rambutnya yang lambat laun jatuh menjuntai ke tanah, tapi apa daya, walau telah ratusan kali berikhtiar ke belahan dunia lain, tetapi, dia belum pemah mendapatkan seseorang yang mampu memotong rambutnya itu. Konon, sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Syarif Syam memang sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam apapun. Sehingga pada usia 30 tahun, Syarif Syam diambil oleh Istana Mesir untuk menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar. Dari sinilah namanya mulai masyhur di kalangan masyarakat luas sebagai panglima perang sakti di antara para prajurit perang yang ada sebelumnya. Betapa tidak, jika kala itu kepiawaian seorang panglima perang bisa terlihat pada saat mengatur strategi perang serta keandalannya memainkan pedang, tombak serta ketepatan dalam memanah. Berbeda dengan Syarif Syam yang akhimya dikenal dengan sebutan Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, jika dia mengibaskan rambutnya yang panjang dan keras mirip kawat baja ke arah musuh-musuhnya. Akibatnya sudah dapat diduga, para musuh tak ada yang berani mendekat, dan lari pontang-panting karenanya. Sampai di usia 32 tahun, selama 12 tahun kemasyhurannya sebagai sosok panglima perang berambut sakti itu benar-benar tak tertandingi. Hingga pada usia 34 tahun dia mendapat petunjuk, yang mengharuskannya mencari guru sebagai pembimbingnya yang juga dapat memotong tanpa banyak pertimbangan, dia langsung meninggalkan istana raja Mesir yang saat itu benar-benar amat membutuhkan tenaganya. Dengan perbekalan secukupnya dan berteman ratusan kitab, Syarif Syam pun mulai mengarungi belahan dunia dengan menggunakan jukung sejenis perahu kecil bercadik. Dalam perjalanan ini, dia pun mulai singgah dan bahkan mendatangi beberapa ulama terkenal untuk menerimanya sebagai murid, di antaranya Syeikh Dzatul Ulum di Libanon, Syeikh Attijani di Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muaiwiyyah As- Salam, Malaita, Syeikh Mahmud, Yarussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim, Campa, dan masih banyak yang walau begitu banyak para waliyulloh yang didatangi, tak satupun di antara mereka yang sanggup memotong rambutnya. Kemudian Syarif Syam ini terus berkelana pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika dia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang pertapa sakti Resi Purba Sanghyang Dursasana Prabu Kala Sengkala, diperbatasan Selat Malaka. Dari sang resi inilah Syarif Syam mendapat kabar jika rambutnya dapat dipotong oleh salah seorang wali di tanah Jawa. Mendengar itu, Syarif Syam sangat senang dan seketika minta diri untuk langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke tanah Jawa. Dan setibanya di pesisir Pulau Jawa, Syarif pun singgah di suatu pedesaan sambil tiada hentinya bertafakur memohon kepada Allah SWT agar dirinya dapat dipertemukan dengan wali yang selama ini diimpi-impikannya. Dan tepat pada malam Jum’at Kliwon, di tengah keheningan malam Syarif Syam mendapat petunjuk jika wali yang ditemuinya berada di Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati. Hingga akhirnya Syarif Syam tiba di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah Syarif bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut dia. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian Utara. Selain nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka, Syarif Syam juga memiliki gelar Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri dia dapat karena ketika sekitar abad XV saat ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara. Dia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan kurang lebih 19 kilometer sebelah Utara Cirebon. Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Magelung Sakti mempunyai seorang istri yang juga memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Menurut Babad Cirebon sebelum menikahi wanita sakti tersebut, Syekh Magelung Sakti mendengar sayembara bahwa ada bangsawan cantik bernama Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Berita mengenai sayembara tersebut didapatnya saat Syekh Magelung Sakti ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat tersebut menyebutkan barang siapa yang mampu mengalahkan Nyi Mas Gandasari maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian tersebut. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. Setelah keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti menyebarkan Islam di tanah Jawa sampai akhir hayatnya dimakamkan di Kampung Karang, Desa Karang Kendal, Cirebon. Sumber - dan diolah dari berbagai sumbersms
SYEKH MAGELUNG SAKTI Syekh Magelung Sakti alias Syarif Syam alias Pangeran Soka alias Pangeran Karangkendal. Konon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam Syria, hingga kemudian dikenal sebagai Syarif Syam. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ia berasal dari negeri Yaman. Syarif Syam memiliki rambut yang sangat panjang, rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, oleh karenanya ia lebih sering mengikat rambutnya gelung. Sehingga kemudian ia lebih dikenal sebagai Syekh Magelung Syekh dengan rambut yang tergelung. Mengapa ia memiliki rambut yang sangat panjang ialah karena rambutnya tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Karenanya, kemudian ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika ia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga akhirnya ia tiba di Tanah Jawa, tepatnya di Cirebon. Pada sekitar abad XV di Karangkendal hidup seorang yang bernama Ki Tarsiman atau Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya bernama Nyi Sekar. Diduga, mereka itulah orang tua angkat Syarif Syam di Cirebon. Konon, Syarif Syam datang di pantai utara Cirebon mencari seorang guru seperti yang pernah ditunjukkan dalam tabirnya, yaitu salah seorang waliyullah di Cirebon. Dan di sinilah ia bertemu dengan seorang tua yang sanggup dengan mudahnya memotong rambut panjangnya itu. Orang itu tak lain adalah Sunan Gunung Jati. Syarif Syam pun dengan gembira kemudian menjadi murid dari Sunan Gunung Jati, dan namanya pun berubah menjadi Pangeran Soka asal kata suka. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberinama Karanggetas. Setelah berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon, Syarif Syam alias Syekh Magelung Sakti diberi tugas mengembangkan ajaran Islam di wilayah utara. Ia pun kemudian tinggal di Karangkendal, Kapetakan, sekitar 19 km sebelah utara Cirebon, hingga kemudian wafat dan dimakamkan di sana hingga kemudian ia lebih dikenal sebagai Pangeran Karangkendal. Sesuai cerita yang berkembang di tengah masyarakat atau orang-orang tua tempo dulu, pada masa lalu Syekh Magelung Sakti menundukkan Ki Gede Tersana dari Kertasemaya, Indramayu, sehingga anak buah Ki Tarsana tersebut yang berupa makhluk halus pun turut takluk. Namun, makhluk gaib melalui Ki Tersana meminta syarat agar setiap tahunnya diberi makan berupa sesajen rujak wuni. Dari cerita inilah selanjutnya, tradisi menyerahkan sesajen daging mentah tersebut berlangsung setiap tahun di Karangkendal. Sosok Syekh Magelung Sakti tidak dapat dilepaskan dari Nyi Mas Gandasari, yang kemudian menjadi istri beliau. Pertemuan keduanya terjadi saat Syekh Magelung Sakti yang di kenal juga sebagai Pangeran Soka, ditugaskan untuk berkeliling ke arah barat Cirebon. Pada saat ia baru saja selesai mempelajari tasawuf dari Sunan Gunung Jati, dan mendengar berita tentang sayembara Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Babad Cerbon juga tidak jelas menyebutkan siapakah yang dimaksud sebagai putri Mesir itu. Namun, menurut masyarakat di sekitar makam Nyi Mas Gandasari di Panguragan, dipercaya bahwa Nyi Mas Gandasari berasal dari Aceh, adik dari Tubagus Pasei atau Fatahillah, putri dari Mahdar Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barkah Zainal Alim. Ia diajak serta oleh Ki Ageng Selapandan sejak kecil dan diangkat sebagai anak, saat sepulangnya menunaikan ibadah haji ke Makkah. Versi lain menyebutkan bahwa Nyi Mas Gandasari, yang sebenarnya adalah putri Sultan Hud dari Kesultanan Basem Paseh berdarah Timur Tengah, merupakan salah satu murid di pesantren Islam putri yang didirikan oleh Ki Ageng Selapandan. Konon, karena kecantikan dan kepandaiannya dalam ilmu bela diri, telah berhasil menipu pangeran dari Rajagaluh, sebuah negara bawahan dari kerajaan Hindu Galuh-Pajajaran yang kemudian menjadi raja dan bernama Prabu Cakraningrat. Pada waktu itu, Cakraningrat tertarik untuk menjadikannya sebagai istri. Tak segan-segan ia pun diajaknya berkeliling ke seluruh pelosok isi kerajaan, bahkan sampai dengan ke tempat-tempat yang amat rahasia. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran Cakrabuana, orang tua angkat Nyi Mas Gandasari untuk kemudian menyerang Rajagaluh. Ki Ageng Selapandan yang juga adalah Ki Kuwu Cirebon waktu itu dikenal juga dengan sebutan Pangeran Cakrabuana masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Hindu Pajajaran, berkeinginan agar anak angkatnya, Nyi Mas Gandasari, segera menikah. Setelah meminta nasihat Sunan Gunung Jati, gurunya, keinginan ayahnya tersebut disetujui Putri Selapandan dengan syarat calon suaminya harus pria yang memiliki ilmu lebih dari dirinya. Meskipun telah banyak yang meminangnya, ia tidak bisa menerimanya begitu saja dengan berbagai macam alasan dan pertimbangan. Oleh karenanya kemudian ia pun mengadakan sayembara untuk maksud tersebut, sejumlah pangeran, pendekar, maupun rakyat biasa dipersilakan berupaya menjajal kemampuan kesaktian sang putri. Siapapun yang sanggup mengalahkannya dalam ilmu bela diri maka itulah jodohnya. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikutinya tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Seperti Ki Pekik, Ki Gede Pekandangan, Ki Gede Kapringan serta pendatang dari negeri Cina, Ki Dampu Awang atau Kyai Jangkar berhasil dikalahkannya. Hingga akhirnya Pangeran Soka memasuki arena sayembara. Meskipun keduanya tampak imbang, namun karena faktor kelelahan Nyi Mas Gandasari pun akhirnya menyerah dan kemudian berlindung di balik Sunan Gunung Jati. Namun, Pangeran Soka terus menyerangnya dan mencoba menyerang Nyi Mas Gandasari dan hampir saja mengenai kepala Sunan Gunung Jati. Tetapi sebelum tangan Pangeran Soka menyentuh Sunan Gunung Jati, Pangeran Soka menjadi lemas tak berdaya. Sunan Gunung Jati pun kemudian membantunya dan menyatakan bahwa tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Namun, kemudian keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati. Selain berjasa dalam syiar Islam di Cirebon dan sekitarnya, Syarif Sam dikenal sebagai tokoh ulama yang mempunyai ilmu kanuragan tinggi pada zamannya. Ia membangun semacam pesanggrahan yang dijadikan sebagai tempat ia melakukan syiar Islam dan mempunyai banyak pengikut. Sampai dengan akhir hayatnya, Syekh Magelung Sakti dimakamkan di Karangkendal, dan sampai sekarang tempat tersebut selalu diziarahi orang dari berbagai daerah. Di situs makam Syekh Magelung Sakti terdapat sumur peninggalan tokoh ulama tersebut, padasan kramat, depok semacam pendopo Karangkendal, jramba, kroya, pegagan, dukuh, depok Ki Buyut Tersana, dan pedaleman yang berisi pesekaran, paseban, serta makam Syekh Magelung Sakti sendiri. Berjauhan dengan makam suaminya Syekh Magelung Sakti, makam Nyi Mas Gandasari terdapat di Panguragan, sehingga ia kemudian dikenal juga sebagai Nyi Mas Panguragan.
0% found this document useful 0 votes4K views12 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes4K views12 pagesRiwayat Syeh Magelung Sakti Suami Nyi Mas GandasariJump to Page You are on page 1of 12 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 11 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Cirebon - Kota dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memiliki sejumlah situs keramat. Ada yang berupa sumur, tanah, benda pusaka dan lainnya. Beberapa di antaranya diyakini bisa membantu menyembuhkan mengunjungi sejumlah tempat keramat yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Terlepas dari sekadar mitos atau fakta, situs keramat ini selalu ramai dikunjungi Tanah Keramat Desa Lemahtamba Desa Lemahtamba, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sejarah Desa Lemahtamba menjadi bagian syiar Islam di Kabupaten Cirebon, yang dilakukan Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon, putra dari Prabu lemah memiliki arti tanah. Sedangkan kata tamba bermakna mengobati. Tanah di Desa Lemahtamba, tepatnya di situs keramat Pangeran Surya Negara diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Kondisinya tertutup. Pengunjung atau masyarakat yang ingin mengambil tanah di sumur itu harus didampingi juru sumur, ada juga Balong Buyut Ribut, yang airnya juga dipercaya memiliki khasiat dapat menyembuhkan penyakit. Kepala Desa Lemahtamba Kusnan Agutian mengatakan situs keramat itu sudah ada sejak dulu. "Lemah itu kalau dalam bahasa Indonesia tanah, sedangkan tamba artinya obat. Jadi, Lemah Tamba ini tanah yang bisa mengobati. Dulunya memiliki nama Padepokan Ci Kujang pada zaman dulu, sekitar tahun 1443 masehi," kata Kusnan saat berbincang dengan detikJabar beberapa waktu menceritakan, situs keramat Pangeran Surya Negara muncul setelah peristiwa ditancapkan pusaka kujang milik Prabu Siliwangi. Tanah yang terkena pusaka itu mengeluarkan air. Hingga kini, tanah dan air itu diyakini bisa menyembuhkan itu berada di wilayah Padepokan Ci Kujang, tempat pengobatan yang dikelola Syekh Magelung Sakti, murid dari Mbah Kuwu Cirebon."Ceritanya Syekh Magelung Sakti terkena sabetan selendang milik Nyi Mas Ganda Sari saat menonton sayembara. Kemudian mengalami kelumpuhan. Ternyata kelumpuhan itu sembuh saat dibawa ke padepokan Ci Kujang," kata Kusnan yang juga menjabat sebagai juru sebelumnya Desa Lemahtamba bernama Cikujang. Karena banyaknya masyarakat yang datang ke tanah keramat itu, kemudian lambat laun berubah nama menjadi Lemahtamba."Secara medis tanah dan air di Lemah Tamba ini tidak mengandung apa-apa. Karena beratus-ratus tahun didoakan dan dibacakan ayat-ayat Al-Quran, kami memercayai dan besar kemungkinan kualitas air di sini menjadi lebih baik daripada air lainnya. Sehingga bisa dijadikan obat," kata Kusnan."Sampai sekarang Lemahtamba menjadi tempat ziarah dan pengobatan. Tentunya melalui izin Allah, utamanya keyakinan diri kita sendiri. Kalau yakin, semuanya bisa sembuh," kata Kusnan pemakaman Nyi Ratu Mas Gandasari. Foto Sudirman Wamad/detikJabar2. Kompleks Pemakaman Nyi Ratu Mas GandasariKompeks pemakaman Nyi Ratu Mas Gandasari berlokasi di Desa Panguragan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kompleks pemakaman ini dulunya dijadikan sebagai Padepokan Mangkuragan. Padepokan yang dipimpin Nyi Ratu Mas tersebut meninggalkan sejumlah situs bersejarah, seperti lumbung padi, sumur dan lainnya. Nah, sumur-sumur yang berada di kompleks tersebut diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Sumur yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit yakni Sumur Dalem dan Sumur Kejayaan."Sumur-sumur itu memiliki khasiat masing-masing, intinya untuk pengobatan. Tapi, utamanya kita harus yakin dengan Allah, air sumur hanya medianya," kata penjaga kompleks Nyi Ratu Mas Gandasari, Wanda saat berbincang dengan menceritakan sosok Nyi Ratu Mas Gandasari. Perempuan asal Aceh. Pada abad ke-14 Nyi Ratu Mas Gandasari diadopsi Mbah Kuwu Cirebon, saat itu usia Nyi Ratu Mas Gandasari masih anak-anak."Nyi Ratu mengikuti jejak Mbah Kuwu Sangkan menyebarkan agam Islam," kata Rayu berparas cantik. Banyak yang jatuh hati kepadanya. Singkat cerita, menurut Wanda, Nyi Ratu sempat membuat sayembara di Padepokan Mangkuragan."Yang berhasil menang dalam sayembara itu akan menjadi suami Nyi Ratu. Singkatnya, yang menang dalam sayembara itu Syekh Magelung Sakti. Padahal, Syekh Magelung itu awalnya hanya menonton, ingin mencari Mbah Kuwu Cirebon," kata Wanda, Nyi Ratu memiliki selendang sakti bernama Juwana. Selendang tersebut digunakan Nyi Ratu saat melawan musuhnya. "Katanya bisa melumpuhkan lawannya. Selendangnya sakti sekali, waktu sayembara juga menggunakan selendang," kata Ketandan. Foto Sudirman Wamad/detikJabar3. Sumur Keramat KetandanSelain Desa Lemahtamba, ada juga sumur keramat yang berlokasi di sekitar Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat, diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Situs ini bernama Sumur Ketandan lokasinya berada persis di bawah pohon beringin tua. Selain menyembuhkan penyakit, khasiat air sumur ini diyakini bisa menghalau sihir kunci Sumur Ketandan Raden Syarifudin mengatakan, situs keramat ini merupakan peninggalan dari Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon. Sumur Katandan selalu ramai dikunjungi peziarah."Banyak yang ziarah ke sini. Ada yang mandi atau membawa pulang airnya. Ikhtiarnya itu bisa menyembuhkan penyakit, ada juga yang berikhtiar untuk menghilangkan santet. Ya, alhamdulillah sembuh," kata Syarifudin beberapa waktu mengatakan air hanya sebatas sebagai media pengobatan. Utamanya, lanjut Syarifudin, peziarah tetap berdoa pada Allah."Jangan sampai berlebihan. Jangan mintanya ke situsnya, tapi minta lah doa kepada Allah," kata Pangeran Cakrabuana merupakan salah seorang nelayan yang pandai membuat terasi. Beranjak dari kisah tersebut, lanjut dia, tak sedikit nelayan yang memandikan perahunya menggunakan air sumur tersebut."Intinya air sumur ini medianya. Karena yang namanya situs itu syariat, ziarah itu ikhtiarnya. Kepentingannya ya masing-masing. Tapi, doa tetap kepada sang pencipta," menambahkan Sumur Ketandan memiliki makna sebagaia tanda. "Ketandan itu artinya tanda. Dulu itu, tempatnya orang tua itu ada cirinya ada sumurnya. Jadi ini tanda lokasi tempat leluhur dulu," kata Syarifudin. Simak Video "Dinkes Tasik Telusuri Pasien Diduga Meninggal Gegara Ditolak Puskesmas" [GambasVideo 20detik] sud/orb
Description Pusaka Klewer Sakti The Pusaka is a small unique magical object consecrated with sacred prayers and ancient rituals by a master of the Islamic Occult Arts. It has many magical virtues but its primary purpose is to increase your attraction to the opposite sex, improve existing relationships, and gain respect and influence over people. There are no rituals associated with the use of this magic object, most of its powers are automatic, and it need only be carried in a pocket or purse to be effective. A simple mantra is provided that can help bind the talisman to your being and accelerate the manifestation of its magical virtues. Pusaka Klewer Sakti is a mystical artifact that is believed to hold spiritual powers and is considered a sacred heirloom in Indonesia. It is a beautiful and ornate object that is often used in traditional Indonesian rituals and ceremonies. The artifact is made from a variety of materials, including gold, silver, and precious stones. Its intricate design and beautiful craftsmanship make it a true work of art. Pusaka Klewer Sakti is believed to have the power to heal illnesses, protect against negative energies, and bring good luck and prosperity. The history of Pusaka Klewer Sakti is shrouded in mystery, and its origins are unknown. It is believed to have been passed down from generation to generation, and its power is said to have grown stronger over time. In order to use Pusaka Klewer Sakti for spiritual purposes, it is important to seek the guidance of a spiritual teacher or guru. They can provide guidance on how to properly use the artifact in rituals and ceremonies, and how to harness its power for spiritual growth and enlightenment. In addition to its spiritual significance, Pusaka Klewer Sakti is also a symbol of Indonesian culture and heritage. It is a reminder of the rich history and traditions of Indonesia, and its beauty and power continue to inspire and awe people all over the world. In conclusion, Pusaka Klewer Sakti is a mystical artifact that holds great spiritual power and significance. Whether you are using it for spiritual purposes or simply admiring its beauty, it is a reminder of the rich cultural heritage and spiritual traditions of Indonesia. Magickal Virtues of the Pusaka Klewer Dramatically increases charisma and powers of attraction The user will gain the respect and admiration of all they interact with. Strikes fear into the hearts of the user’s enemies Improves relationships with family members, reduces family discord and brings peace and unity to families Note All items come with an Item Instruction Paper. These will be sent to you after you have confirmed receipt of your package. The Instruction Paper will advise you how to use and care for your item. Contact us to let us know you have received your package to obtain this item’s Instruction Paper. Note Items may vary in size, colour and appearance from the image shown; however its purpose will remain the same as that described above. Pictures are illustrations purpose only, actual media differs from batch to batch
pusaka syekh magelung sakti